Sabtu, 12 September 2009

* Home * Buku Islam Gratis * Info Tarbiyah Tahukah Antum Makna Syahadat Laa Ilaaha Illallaah

LAA ILAAHA ILLALLAH adalah sebuah kata yang sedemikian akrab dengan kita. Sejak kecil (kalau kita hidup di tengah keluarga muslim), kita akan begitu familiar dengan ucapan tersebut. Mungkin karena terlalu biasa mengucapkan kita sering tak peduli dengan makna yang hakiki dari kalimat tersebut. Malahan boleh jadi kita belum paham dengan maknanya. Sehingga bisa saja perilaku kita terkadang bertentangan dengan kandungan dari laa ilaaha illallah itu sendiri tanpa kita sadari.
Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kehidupan keagamaan kita. Kalimat tersebut secara pasti menentukan bahagia dan celakanya kehidupan seseorang di dunia dan akhirat. Terus apakah terlambat bagi kita untuk tahu tentang makna syahadat tersebut di usia kita sekarang ini.? Jawabnya tidak ada kata terlambat sebelum nyawa sampai di tenggorokan kita, mari kita mulai dari sekarang untuk memahaminya. Untuk itu marilah kita mencoba mengangkat masalah makna syahadat ini untuk kemudian dipahami, agar melempangkan jalan kita meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Kalau kita tinjau sebenarnya kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata. Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta’ala berfirman:

Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah
(QS Muhammad : 19)

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun islam yang lain. Disamping itu nabi kita pun menyatakan

Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga( HR Ahmad)

Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan “wahai pamanku ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di hadapan Allah” namun Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di makkah menggajak orang-orang dengan perkataan beliau “Katakan LAA ILAAHA ILLALLAH” maka orang kafir pun menjawab “Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami”. Orang qurays di Zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.

LAA ILAAHA ILLALLAH adalah asas dari Tauhid dan Islam dengannya terealisasikan segala bentuk ibadah kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan berhukum dengan syariat Allah.

Seorang ulama besar Ibnu Rajabb mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati, diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya dengan aktifitas kesyirikan.

Inilah sekilas tentang makna LAA ILAAHA ILLALLAH yang pada intinya adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta’ala semata.

Perlu untuk diketahui, bahwa telah banyak penafsiran yang bathil yang beredar ditengah masyarakat muslim Indonesia secara khususnya mengenai makna LAA ILAAHA ILLALLAH, dan semoga kita terhindar dari kebathilan ini, yakni:

Laa ilaaha illallah artinya:
“Tidak ada sesembahan kecuali Allah.” Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

Laa ilaaha illallah artinya:
“Tidak ada pencipta selain Allah.” Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

Laa ilaaha illallah artinya:
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah.” Ini juga sebagian dari makna kalimat laa ilaaha illallah. Tapi bukan ini yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup.

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami menghimbau dan memperingati di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti) Laa ilaaha illallah ma’buuda bihaqqin illallah (tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

Betapa Mahalnya yang Bernama Hidayah

Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

“Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari Ar Rohman laksana satu hati Ia bolak-balikkan hati tersebut sekehandaknya.” Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati palingkanlah hatiku untuk mentaati-Mu”

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya):
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (QS. Al-Anfal : 24)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’am : 110)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf : 99)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Ash-Shaf : 5)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman (yang artinya) :
Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): “Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?” Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti. (QS. At-Taubah : 127)

Dan dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

“Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya berada diantara dua jemari Ar Rohman laksana satu hati Ia bolak-balikkan hati tersebut sekehandaknya.” Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati palingkanlah hatiku untuk mentaati-Mu”

Dan di dalam Sunan At Tirmidzi dari Ummu Salamah Radiyallahu ‘anha beliau berkata(yang artinya) :
“Doa yang sering dibaca Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam wahai Dzat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agamamu”

Dan dari Nawwas bin Sam’an ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Tidaklah ada satu hatipun melainkan berada diantara dua jemari dari jari jemari Ar Rahman bila ia kehendaki, Ia akan meneguhkannya dan bila Ia kehendaki, Ia akan menyesatkannya.” (diriwayatkannya oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad dan Ibnu Majah. Dishohihkan oleh syaikh Albani)

Dan dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :
“Sesungguhnya hati ini laksana bulu ditengah padang pasir tandus yang dibolak-balikkan oleh angin”

Ibnu Abi Ashim mengeluarkan dalam kitabnya As Sunnah dari Aisyah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sering membaca doa يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى د ينـــك (Wahai Dzat yang meneguhkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu) aku pun bertanya: ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau sering membaca doa ini, apakah engkau merasa khawatir?” beliau menjawab: “Ya, lalu apa yang membuat aku merasa aman wahai Aisyah sementara hari para hamba berada diantara dua jari jemari Ar Rohman”

Maka bila engkau telah mengetahui bahwasanya hati para hamba berada diantara dua jari dari jari jemari Ar Rohman, Ia bolak-balikkan sekehandaknya dan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam -padahal beliau adalah makhluk yang paling utama – doa yang sering beliau baca adalah :

يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”

maka bagaimana diperkenankan bagi seorang yang berakal untuk mengatakan : “Saya akan belajar dipangkuan ahlul bid’ah dan saya akan menjaga hatiku dari kesesatan dan penyimpangan”, karena setiap penyimpangan dan petunjuk itu memiliki sebab-sebab yang menghantarkan kepada-Nya. Maka bila engkau menempuh jalan-jalan penyimpangan dan kesesatan – dan diantara sebab terbesar untuk hal itu adalah belajar dipangkuan ahlul bid’ah – niscaya hatimu akan menyimpang dan engkau tersesat dari jalan yang lurus. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman(yang artinya) :

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka (As-Shaff : 5)

Namun bila engkau meminta pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan menempuh jalan-jalan petunjuk dan bimbingan, niscaya hatimu akan tetap istiqomah dengan izin dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan engkau pun berada di jalan yang lurus. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menyelamatkan kita dari penyimpangan dan kesesatan serta sebab-sebab yang menghantarkan kepadanya. Dan Allah lah Dzat yang dimintai pertolongan.

Sumber: http://tarbiyahislam.wordpress.com

Jumat, 11 September 2009

Kekuatan Sedekah

Pengetahuan yang berguna untuk kita amalkan bersama

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

Diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, seperti berikut :

Tatkala Allah Ta’ala menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam.

Para malaikat kehairanan akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung ?”

Allah menjawab, “Ada, iaitu besi” (kita mafhum bahawa gunung batu pun boleh menjadi rata ketika dikorek/bore dan diratakan oleh bulldozer atau sejenisnya yang dibuat dari besi),

Para malaikat bertanya lagi “Ya Rabbi, adakah sesuatu alam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi?”

Allah yang Maha Suci menjawab, “Ada, iaitu api” (besi walau sekeras manapun boleh menjadi cair dan hancur setelah dibakar api),

Para malaikat kembali bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api?”

Allah yang Maha Agung menjawab, “Ada, iaitu air” (api membara sedahsyat apa pun niscaya akan padam jika disiram air),

Para malaikat pun bertanya kembali “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada air?”

Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, “Ada, iaitu angin” (air di samudera yang luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tiada lain kerana kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat),

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi “Ya Allah, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua?”

Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, “Ada, iaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya”.

Ertinya, yang paling hebat, paling kuat dan paling dahsyat sebenarnya adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus dan ikhlas tanpa ada unsur menunjuk-nunjuk ataupun supaya diketahui orang lain .

Berkaitan dengan ikhlas ini, RasulAllah SAW mengingatkan dalam pidatonya ketika beliau sampai di Madinah pada waktu hijrah dari Makkah : “Wahai segenap manusia! Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat, dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya”.

Oleh kerana itu hendaknya kita selalu mengiringi sedekah kita dengan niat yang ikhlas hanya kerana Allah semata, tanpa berasa ingin dipuji, dianggap dermawan, dihormati, dll yang dapat menjadikan sedekah kita menjadi sia-sia.


Ganjaran bersedekah

RasulAllah Shollallahu Alaihi Wa Sallam menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi bertambah berkah.

Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang berdekah, ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan sebagai ganti, sebagaimana firman-Nya dan sabda RasuluAllah SAW, sbb :

Allah Ta’ala berfirman, ” Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “.
{Qs. Al Lail (92) : 5-8}

Allah Ta’ala berfirman, “Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki . Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui” .
{Qs. Al Baqarah (2) : 261}

RasulAllah SAW bersabda, “Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, “Ya Tuhan, kurniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah “. Yang satu lagi menyeru “musnahkanlah orang yang menahan hartanya”.


Tolak Bala dengan Sedekah

Orang-orang yang beriman sangat sedar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW , sbb :

“Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah “.

“Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah”
“Ubatilah penyakitmu dengan sedekah” .

Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk
melakukannya kerana kekhuatiran bahawa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kala kita enggan memberi sedekah kepada pengemis yang kita temui ditepi jalan dengan anggapan bahawa mereka (pengemis/peminta tsb) menjadikan meminta-minta sebagai pekerjaannya, malas, dll. Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan syaitan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah), sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian kerana seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk selalu bersedekah, masalah mungkin timbul apabila ternyata kemudiannya bahawa sedekah yang kita beri kepada pengemis/peminta tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, kerana sedekah hakikatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/peminta/fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkemampuan, dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah) ???

Atau kalau kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/peminta/fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah wang sebelum sholat Jum’at dan memasukkan ke kotak-kotak sumbangan yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minima setiap Jum’at, misalnya Jum’at ini kita menyumbang RM5 kekotak amal tersebut maka sebaiknya Jum’at berikutnya harus dengan jumlah yang sama, syukur jika boleh diberi lebih dan yang terpentingnya harus diiringi dengan keikhlasan.

Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga disisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebahagian hartanya akan rugi didunia dan akhirat kerana tidak mendapat keberkatan.

Jadi, sebenarnya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya
menahannya adalah celaka. Tidak menghairankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang melabur (invest) dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperolehnya berlipat ganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu.
Sedekah yg pahalanya terus mengalir

Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda :
“Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal :
amal jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo’akannya”
(HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad).

Berikut contoh konkrit, sadaqah (amal) jariah, yang pahalanya terus mengalir walaupun si pemberi sadaqah telah wafat :

http://warmfuzzy.wordpress.com/2006/07/20/sedekah-jariah/

Jadilah dai “sejuta artikel” dengan meneruskan artikel ini kepada saudara-saudara kita sesama muslim yang barangkali belum mengetahuinya, sehingga kita tidak dilaknat Allah dan seluruh mahluk kerana tidak menyampaikan (menyembunyikan) apa yang telah kita ketahui, sebagaimana diyatakan dalam Al-Quran surah Al-Baqarah Ayat 159 :

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayat, sesudah Kami terangkannya kepada manusia di dalam Kitab Suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk “.

Dari Abdullah bin ‘Amru ra, RasulAllah S.A.W bersabda: “Sampaikanlah pesanku walaupun hanya satu ayat”.

Semoga Allah Ta’ala membalas ‘amal Ibadah kita.

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Memahami keistimewaan dan Tujuan al-Quran





Allah telah memuliakan kita kaum muslimin dengan menurunkan sebaik-baik kitab iaitu al-Quran sepertimana Allah memuliakan kita dengan mengutuskan sebaik-baik rasul. Kaum muslimin adalah satu-satunya umat yang mempunyai perutusan dari langit yang terpelihara daripada penyelewangan dan kebatilan. Perkara ini disebabkan kerana Allah sendiri yang memeliharanya. Firman Allah yang bermaksud : “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya kami yang memeliharanya.” (al-Hajr, ayat 9)


Al-Quran adalah cahaya yang menerangi hati-hati manusia ke arah jalan kebaikan dan kebajikan. Antara ciri-ciri dan keistimewaan al-Quran adalah pertama, ia merupakan kitab ilahi iaitu datangnya dari Allah yang tidak ada keraguan padanya. Allah menurunkan al-Quran melalui Malaikat Jibrail. Firman Allah yang bermaksud : “ Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara teperinci yang diturunkan di sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi maha Mengetahui.” (Hud, ayat 1)

Kedua ialah al-Quran merupakan kitab yang terpelihara sepertimana jaminan yang telah diberikan oleh Allah untuk memeliharanya. Oleh demikian, kita dapati begitu ramai orang yang menghafal al-Quran dengan baik sejak kanak-kanak lagi dan Allah memudahkan mereka untuk mengingatinya. Pemeliharaan tersebut juga didapati dengan penulisan al-Quran yang rapi oleh para sahabat selepas ayat-ayat tersebut diturunkan dan dibukukan pada zaman khulafa’ al-Rasyidin.

Ketiga,al-Quran merupakan kitab mukjizat yang terbesar dikurniakan kepada nabi Muhammad yang mencabar kekuatan dan pemikiran manusia. Manusia tidak mampu untuk menandingi al-Quran sama ada dari segi bahasa, makna dan cerita-cerita yang terkandung di dalamnya. Firman Allah yang bermaksud : “ Dan jika kamu tetap ragu-ragu tentang apa yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka datanglah satu surah sepertinya dan ajaklah penolong-penolong kamu selain Allah jika kamu benar-benar orang yang benar.” (al-Baqarah, ayat 23-24)

Keempat, al-Quran merupakan kitab yang mudah difahami dan jelas maksudnya. Ia bukan kitab falsafah yang mengandungi teori-teori yang memeningkan. Ahli falsafah menyebutkan bahawa falsafah itu apabila diterangkan dan tidak difahami itulah dinamakan falsafah. Al-Quran diturunkan kepada manusia untuk difahami dan sasaran adalah untuk manusia sejagat. Firman Allah yang bermaksud : “ dan sesungguhnya kami mempermudahkan al-Quran itu untuk diingati, maka adakah ada orang mahu mengambil pengajaran.” (al-Qamar, ayat 17)

Kelima, al-Quran merupakan kitab agama secara keseluruhannya yang mengandung aspek akidah, ibadah, akhlak dan perundangan. Sesiapa yang ingin memahami akidah yang betul dan suci, maka hendaklah ia menggali dari al-Quran. Al-Quran memberi dalil-dalil yang jelas tentang keesaan Allah. Firman Allah yang bermaksud : “ Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedua-duanya telah rosak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arash daripada apa yang mereka sifatkan.” ( al-Anbiya’, ayat 22) Begitu juga al-Quran mengandungi syariat dan peraturan untuk kehidupan manusia. Syariat ini meliputi aspek individu, keluarga, masyarakat, ekonomi, politik dan hubungan antarabangsa. Di samping itu, al-Quran menegaskan pembinaan akhlak melalui penghayatan sifat sabar, gigih berusaha, tekun, bertawakkal dan reda dengan ketentuan ilahi.

Keenam, al-Quran merupakan kitab sepanjang zaman, bukan kitab untuk zaman tertentu atau untuk generasi tertentu. Ini bermakna bahawa al-Quran merupakan kitab yang kekal abadi hingga hari Qiamat. Oleh itu, tidak harus kaum muslimin mengatakan bahawa al-Quran itu sesuai untuk zaman nabi sahaja atau zaman para sahabat dan tidak sesuai lagi pada zaman moden ini.

Ketujuh, al-Quran merupakan kitab kemanusiaan dan kehidupan. Oleh sebab itu, Allah menjadikan al-Quran sebagai kitab petunjuk kepada manusia dan alam. Firman Allah yang bermaksud : “ Pada bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk kepada manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan batil).” (al-Baqarah, ayat 185)

Inilah tujuh perkara ciri-ciri keistimewaan al-Quran yang membezakan kitab-kitab yang lain. Al-Quran diturunkan untuk umat Islam mengimani dengan penuh keyakinan akan kebenarannya. Allah menyebutkan bahawa sifat mukmin sejati adalah mereka yang tidak sama sekali ragu tentang kandungan al-Quran. Nabi Muhammad apabila tiba bulan Ramadhan baginda akan bertadarus bersama Jibrail dan rumah yang sentiasa diterangi dengan bacaan al-Quran akan dilimpahi rahmat dan berkat. Penurunan al-Quran merupakan nikmat yang terbesar dikurniakan Allah kepada umat Islam. Oleh itu, kita harus bersyukur dengan membuktikannya melalui taat segala perintah al-Quran dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya dan menjadikan kita sebagai ahli al-Quran., bukan sahaja dalam bulan Ramadhan tetapi juga dalam bulan-bulan yang lain.

Memahami Tujuan-Tujuan al-Quran

Al-Quran ialah kalam Allah yang bermukjizat yang diturunkan kepada nabi s.a.w. yang ditulis di dalam mushaf yang dipindah dengan tawatur dan menjadi ibadat membacanya.
Penurunan Al-Quran mengandungi tujuan-tujuan (maqasid al-Quran) yang tertentu.

Pertama, tujuan al-Quran ialah membetulkan akidah, mensabitkan ketuhanan Allah yang Maha Esa, tugas nabi-nabi dan penyataan kewujudan hari akhirat. Al-Quran mengambarkan bahawa syirik merupakan satu perbuatan dosa yang besar dan tidak diampuni oleh Allah. Kesemua para nabi menyeru manusia kepada Allah yang Maha Esa. Firman Allah yang bermaksud : “ Dan sesunguhnya kami telah mengutus rasul pada setiap umat yang menyeru ; “sembahlah Allah saja dan menjauhi Thaghut itu.” (al-Nahl, ayat 36) Di samping itu, al-Quran menjelaskan keperluan manusia kepada nabi-nabi dan risalahnya, menerangkan tugas para nabi dan menolak dakwaan dan tanggapan yang salah mengenai nabi. Al-Quran juga menjelaskan kewujudan hari akhirat itu benar dan pasti setiap manusia akan menghadapinya.

Kedua, tujuan al-Quran ialah pengisytiharan terhadap kemuliaan manusia dan hak-haknya. Al-Quran menegaskan bahawa manusia adalah makhluk yang mulia yang dijadikan oleh Allah dengan sebaik-baik kejadian. Oleh sebab itu, al-Quran melarang sebahagian golongan pelampau yang mengharamkan perkara-perkara baik dan perhiasan seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam surah al-Araaf, ayat 32. Al-Quran juga memperakui hak-hak asasi manusia seperti kebebasan bersuara, berfikir, beriktikad, tempat tinggal dan mencari reziki.

Ketiga, tujuan al-Quran ialah memberitahu bahawa manusia diciptakan adalah untuk beribadat kepada Allah. Allah yang menciptakan manusia, memberi reziki, mengurniakan pelbagai nikmat yang tidak dapat dihitung. Oleh itu, menjadi hak Allah untuk manusia bersyukur dan bertakwa kepadanya. Orang yang bertakwa akan mendapat keberkatan, reziki yang murah, terpelihara dari gangguan musuh, sentiasa mendapat petunjuk dari Allah dan berjaya dari azab akhirat.

Keempat, tujuan al-Quran adalah untuk menyucikan jiwa manusia (tazkiyyah al-Nafs). Al-Quran sentiasa menyeru manusia supaya membersihkan jiwanya dengan melakukan kebaikan. Beruntunglah orang yang dapat memimpin jiwanya ke arah keredhaan Allah. Secara fitrahnya, jiwa boleh terjerumus ke lembah kehinaan apabila ia tidak dididik dan jiwa boleh mencapai tahap termulia apabila ia dibersihkan. Firman Allah yang bermaksud : “ Dan jiwa serta penyempurnaan ciptaanya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya.” (al-Syams, ayat 7-10)

Kelima, tujuan al-Quran ialah membina keluarga yang soleh yang menjadi teras kepada kekuatan umat. Al-Quran menggalakkan umatnya supaya berkahwin kerana perkahwinan itu dapat melahirkan ketenangan, kebahagiaan dan rahmat. Al-Quran memerangi golongan yang menghalalkan homoseksual dan lesbian kerana ia melanggari fitrah manusia. Di samping itu, Islam juga memerangi golongan yang mengharamkan perkahwinan atas alasan bahawa perkahwinan adalah perbuatan keji daripada amalan syaitan. Al-Quran juga memberi kedudukan yang mulia kepada wanita dengan mengangkat martabat mereka menyamai kaum lelaki dari segi amalan dan ganjaran pahala.

Keenam, tujuan al-Quran adalah untuk membina umat yang mempunyai kemuliaan dan menjadi saksi atas umat yang lain. Umat yang mengasaskan kehidupannya berteraskan kepada akidah, syariat dan akhlak Islam sekaligus membawa rahmat kepada manusia sejagat. Firman Allah yang bermaksud : “Dan tidak kami utuskan kamu (Muhammad) kecuali untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.” (al-Anbiya’, ayat 107)

Antara keistimewaan umat Islam ialah ia adalah umat rabbani iaitu umat yang hidup kerana mencari keredhaan Allah, beribadat kerana Allah dan menjalankan manhaj Allah di atas muka bumi ini. Di samping itu, ia juga adalah umat sederhana dan seimbang, umat yang sentiasa berdakwah ke arah kebaikan dan umat yang sukakan kesatuan dan bersatu padu. Inilah empat ciri umat Islam berbanding dengan umat yang lain. Ketujuh, al-Quran menyeru kepada aspek keinsanan yang tolong menolong antara sesama manusia. Umat Islam bukan umat yang menyendiri tanpa menghiraukan bangsa-bangsa yang lain. Oleh itu, Islam menghormati kebebasan beragama dan perbezaan pendapat.Umat Islam berperanan untuk menyeru manusia ke arah hidayah Allah, keimanan, kemakmuran dan kebahagiaan yang hakiki. Dengan sebab demikian, Allah memuji umat ini kerana mereka menjalankan amar makruf wan nahi annil mungkar. Inilah tujuh perkara antara yang digariskan oleh para ulamak sebagai tujuan al-Quran diturunkan kepada manusia.

Mimpi yang Membawa Hikmah

Khalifah Umar bin Abdul Azis pernah gemetar ketakutan. Bukan karena menghadapi musuh di medan pertempuran. Tetapi ketika beliau mendengar cerita tentang alam akhirat.

Semua perbuatan manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Di akhirat kelak setiap manusia akan diperintahkan berjalan melewati jembatan shiratal mustaqim. Manusia akan terlempar ke neraka jika tidak bisa melewati jembatan itu. Sebaliknya, manusia tersebut akan menikmati keindahan surga jika bisa melewati jembatan itu.

Setiap manusia akan menemui kesulitan dan kemudahan yang beragam saat berjalan di atas jembatan shiratal mustaqim. Jika selama hidup di dunia, manusia itu banyak beramal saleh, ia akan mudah melewatinya. Jika tidak, iaakan sulit berjalan di atas shiratal mustaqim. Bahkan, besarkemungkinan iaakan terlempar dan jatuh ke jurang neraka di bawahnya.

Hal itu membuat banyak orang khawatir. Tentu saja. Sebab, kita tidak pernah tahu secara pasti apakah selama di dunia kita tergolong orang yang banyak beramal saleh atau justru banyak berbuat dosa. Nah, perasaan itu juga dirasakan khalifah Umar bin Abdul Azis. Apalagi waktu khalifah Umar bin Abdul Azis mendengar cerita seorang hamba sahaya tentang mimpinya di suatu hari.

Umar bin Abdul Azis tertarik waktu hamba sahaya itu bercerita. “Ya, Amirul Mukminin. Semalam saya bermimpi kita sudah tiba di hari kiamat. Semua manusia dibangkitkan Allah, lalu dihisab. Saya juga melihat jembatan shiratal mustaqim.”

Umar bin Abdul Azis mendengarkan dengan seksama. “Lalu apayang engkau lihat?” tanyanya.

“Hamba melihat satu per satu manusia diperintahkan berjalan melewati jembatan shiratal mustaqim. Penguasa Bani Umaiyah, Abdul Malik bin Marwan, hamba lihat ada di antara orang yang pertama kali dihisab. la berjalan melewati jembatan shiratal mustaqim. Tapi, baru dua langkah, dia sudah jatuh ke dalam jurang neraka. Saat ia jatuh, ubuhnya tak terlihat lagi. Hamba hanya mendengar suaranya. la terdengar menangis dan memohon ampun kepada Allah,” jawab hamba sahaya itu.

Umar bin Abdul Azis tertegun mendengar cerita itu. Hatinya gelisah.

“Lalu bagaimana?” ia bertanya dengan gundah.

“Setelah itu giliran putranya, Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Ia juga terpeleset dan masuk ke dalam jurang neraka. Lalu tiba giliran para khalifah yang lain. Saya melihat, satu per satu mereka pun jatuh. Sehingga tidak ada yang sanggup melewati jembatan shiratal mustaqim itu,” kata sang hamba sahaya.

Umar bin Abdul Azis tercekat karena merasakan takut dan khawatir dalam dadanya. Sebab, ia juga seorang khalifah. la sadar, menjaga amanah kepemimpinan dan kekuasaan itu sangat berat. Dan ia punyakin, setiap pemimpin harus bisa mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Tidak ada seorang pun yang akan lolos dari hitungan Allah.

Jantung Umar seketika berdegub kencang. Nafasnya memburu. Ia cemas, jangan-jangan nasibnya akan sama dengan para pemimpin lain yangdikisahkan hamba sahaya itu. Karena cemas dan takut, Umar bin Abdul Azis meneteskan air mata. Ia menangis.

“Ya, Allah. Apakah aku akan I bernasib sama dengan mereka yang dilihat hamba sahaya ini di dalam mimpinya? Apakah aku telah berlaku tidak adil selama memimpin? Pantaskah aku merasakan surga-Mu, ya Allah?” bisik Umar bin Abdul Azis di dalam hati. Air matanya kian deras mengalir.

“Lalu tibalah giliran Anda, Amirul Mukminin,” kata hamba sahaya itu.

Ucapan hamba sahaya itu menambah deras air mata Umar bin Abdul Azis. Umar kian cemas. Kecemasan Umar membuat tubuhnya gemetaran. Ia menggigil ketakutan. Wajahnya pucat. Matanya menatap nanar kesatu sudut ruangan.

Saat itu, Umar bin Abdul Azis mengingat dengan jelas peringatan Allah SWT, “Ingatlah pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. Dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah sentuhan api neraka”

Hamba sahaya itu justru kaget melihat reaksi khalifah Umar bin Abdul Azis yang luar biasa. Dalam hati, ia merasa serba salah. Sebab, ia sama sekali tidak punya maksud untuk menakut-nakuti khalifah. Ia sekadar menceritakan mimpi yang dialaminya.

Melihat kepanikan khalifah, hamba sahaya itu lalu berusaha menenangkan Umar bin Abdul Azis. Namun, Umar bin Abdul Azis belum bisa tenang. Maka, hamba sahaya itu pun meneruskan ceritanya dengan berkata, “Wahai, Amirul Mukminin. Demi Allah, aku melihat engkau berhasil melewati jembatan itu. Engkau sampai di surga dengan selamat!”

Mendengar itu, Umar bin Abdul Azis bukan tersenyum apalagi tertawa. Ia diam. Cukup lama Umar tertegun. Cerita itu benar-benar membuatnya berpikir dan merenung.

Ada hikmah yang lalu dipetik Umar dari cerita itu. Dan sejak itu, ia menanamkan tekad untuk lebih berhati-hati dalam amanah kekuasaan. Itu adalah amanah Allah yang sangat berat.

Selasa, 08 September 2009

BETAPA BERHARGANYA SEDETIK WAKTU

Dalam Al Quran kita dapati bahwa Allah SWT banyak sekali bersumpah dengan waktu, bahkan ia telah bersumpah hamper dengan setiap penggalan waktu dalam kehidupan umat manusia. Lihat saja umpamanya: “ demi waktu fajar” (QS 89:1), “demi subuh apabila fajarnya sudah mulai menyingsing” (QS 81” 18), “demi waktu dhuha/matahari sepenggalahan naik” (QS 93: 1), “demi waktu siang apabila terang benderang” (QS 92: 2), “demi malam apabila menutupi cahaya siang” (QS 92: 1), dan bahkan Allah SWT telah bersumpah dengan masa secara keseluruhan tanpa batas (QS 103: 1).

Sumpah Allah SWT dalam setiap penggalan waktu tersebut bukanlah secara kebetulan, akan tetapi Allah SWT ingin mengatakan betapa berharganya setiap detik waktu yang dimiliki. Kesuksesan seseorang dalam hidup akan sangat terkait dengan pemanfaatan setiap detik waktu yang diberikan untuk beramal dan bekarya. Sebaliknya kerugian dan kemunduran akan selalu membayang bayangi siapa saja yang tidak menghargai waktu.

Semua kita punya jumlah waktu yang sama, tapi hasilnya bisa sangat jauh berbeda. Satu jam bagi orang sukses sama dengan satu jamnya orang-orang yang gagal yaitu enam puluh menit. Dan satu hari bagi Negara mau juga sama dengan satu hari bagi Negara miskin dan terkebelakang. Seekor Rusa jika terlambat satu detik saja maka ia akan pasti musnah diterkam singa yang selalu mengintainya. Maka satu detik yang kita miliki akan bisa merubah wajah kehidupan kita. Jika seseorang memiliki keunggulan dari orang lain meskipun hanya dengan hitungan detik maka ia pasti akan menjadi pilihan. Ya manusia pilihan.

Saya ingin memberikan sebuah ilustrasi dengan apa yang pernah diceritakan Allah dalam alquran. Ketika nabi Sulaiman ingin memindahkan singgasana Ratu Balqis ke hadapannya, beliau berkata: wahai para pembesar, siapakah diantara kalian yang sanggup membawa singgasana Balqis kepadaku sebelum mereka datang? Ketika itu ada dua alternatif tawaran. Yang pertama datang dari jin ‘Ifrit yang mengatakan bahwa dia sanggup melakukannya dalam waktu sekejap dan singgasana itu bisa sampai kehadapan beliau sebelum ia berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan tawaran yang kedua datang dari seorang ‘alim yang mengaku sanggup membawanya dalam waktu yang lebih singkat dan cepat yaitu sebelum mata Sulaiman berkedip. Akhirnya pilihan nabi Sulaiman jatuh kepada seorang alim tersebut karena ia mampu berbuat dengan waktu yang lebih cepat meskipun perbedaannya hanya dalam hitungan detik.

Di sinilah pelajaran yang sanmgat berharga yang bisa kita tarik kesimpulannya bahwa semakin efisien kita memanfaatkan waktu maka keberhasilan akan semakin menghampiri kita. Hal ini berlaku di semua arena kehidupan seperti dunia pendidikan, politik, bisnis dan lain sebagainya, karena salah satu dari kunci kesuksesan yang sangat menentukan adalah pemanfaatan setiap detik waktu yang dimiliki.

Logika inilah sebetulnya yang ingin di tanamkan oleh Allah SWT kepada hambanya ketika ia bersumpah dengan setiap penggalan waktu dalam kehidupan. Dan kitapun bisa membuktikan hari ini bahwa mayoritas orang-orang besar dan sukses itu adalah mereka yang waktu beramal, beraktifitas dan berkaryanya di atas 15 jam dalam sehari semalam. Sedangkan orang-orang gagal dan miskin adalah mereka yang waktu beraktifitasnya rata-rata di bawah 8 jam dalam sehari. Maka Islam sebenarnya tidak pernah mencintai bermalas-malasan dan yang tidak menghargai waktu meskipun satu detik. Untuk memastikan hal itu saya ingin memetik sebuah ayat alquran” maka apabila kamu telah selesaidari satu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS 94: 7).